Akal, Iman dan Keikhlasan Ibrahim Alaihissalam
Oleh: Abdul Hafid
Pada Idul Adha 1445 H terdengar lantunan takbir yang terdengar diberbagai daerah, melansir dari instagram PDM Bojonegoro tercatat 87 titik lokasi sholat idul adha 1445 H, salah satu titik lokasinya bertempat di Masjid Al- Fallah dusun ngrandu dengan Imam dan Khatib Abdul Hafid (mahasiswa STIT Muhammadiyah Bojonegoro sekaligus alumni pondok pesantren Al-mizan lamongan) yang dilaksanakan pada hari senin (17/6/2024)
Allahu akbar Allahu akbar walillahil hamd, dalam khutbahnya abdul hafid mengawali pujian kepada allah swt dan mengingatkan para jamaah untuk senantiasa bersyukur atas kenikmatan dan anugrah yang telah diberikan oleh Allah SWT dan bersholawat kepada nabi Muhammad SAW yang memberikan suri tauladan yang baik kepada seluruh umat manusia. Ia menjelaskan bahwa pada hari ini ada tiga peristiwa sebagai bentuk ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT pada hari raya idul adha ini. Pertama, ibadah haji yang dilaksanakan bagi orang yang mampu dari segi finansial dan fisiknya dan itu dilakukan dibulan Dzulhijjah. Kedua, orang yang menyisihkan hartanya untuk membeli hewan qurban. Ketiga, orang orang yang berkumpul untuk melaksanakan sholat idul adha pada pagi harinya.
Kemudian ia melanjutkan khutbahnya dengan mengambil tiga hikmah dari nabi ibrahim alaihissalam, hikmah yang pertama adalah menggunakan akal untuk mencari tuhannya, dalam kisahnya ketika ibrahim melihat bintang, dia mengatakan “ini adalah tuhanku” tetapi ketika bintang itu terbenam dia berkata “aku tidak suka kepada yang terbenam”. Lalu dia melihat bulan dan berkata “ini adalah tuhanku” tetapi sama saja bulan itu juga terbenam, kemudian dia melihat matahari dan berkata “ini adalah tuhanku, ini lebih besar” tetapi hal yang sama terjadi matahari juga terbenam dan dia berkata kepada kaumnya “sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”.
Lalu ia melanjutkan hikmah yang kedua adalah menjaga keimanan serta mendakwahkannya, yang mana ibrahim bertanya kepada ayahnya “wahai ayah, kenapa engkau menyembah sesuatu yang tidak bisa melihat, mendengar dan memberikan manfaat kepadamu?”, tetapi malah ayahnya mengancam Ibrahim untuk dirajam. Begitu juga dengan Namrudz yang membakar Ibrahim alaihissalam karena menghancurkan semua berhala dan hanya menyisakan satu berhala yang paling besar, atas izin Allah api yang membakar Ibrahim menjadi dingin.
Dan hikmah yang ketiga adalah keikhlasan atas perintah Allah SWT, Ibrahim diperintahkan dalam mimpinya untuk menyembelih anaknya ismail alaihissalam, ibrahim bertanya kepada anaknya “bagaimana pendapatmu?”, Ismail alaihissalam menjawab dengan penuh keikhlasan dan ketabahan “wahai ayah! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar.
Diakhir khutbah ia menegaskan bahwa hidup ini harus dilandasi akal yang digunakan untuk mencerna ilmu serta untuk mendekatkan diri kepada Allah, setelah berakal adalah beriman sebagai implementasi keyakinan bahwa Allah adalah rabb yang mengatur semuanya, dan yang terakhir adalah keikhlasan menerima segala perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.