bojonegoromu.com

Kabar Baik Berkemajuan

Kajian

Muhammadiyah, politik dan Kebangsaan

M. Yazid Mar'i
M. Yazid Mar’i

Oleh: M. Yazid Mar’i

Sabtu, 14 April 2018 , Aula Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Seminar dan Rakernas Majelis Kader, tepat pukul 09.00 WIB dibuka. Hajrianto  Y Tohari, MA  yang hadir mewakili Pimpinan Pusat Muhammadiyah memberikan paparan tentang politik Muhammdiyah.

Istilah Politik dalam  bahasa arab sering disebut dengan ass syiasah yaitu cara, teknik untuk mengatur dan megkoordinasi. Sambil menyitir kitab assyiyasah as syar’iyahnya ibn Taimiyah. Menyinggung pula desertasi DR. Alfian, menurutnya politik adalah laku mulia, kerja kebajikan, karena itu jika ada yang berpendaat politik dengan agama adalah sesuatu yang harus dipisahkan, dan sebagian orang Muhamammdiyah menganggap sekuler, namun juga lucu ketika dengan sadarnya menyebut bahwa politik itu kumuh atau kotor. Hingga ogah untuk memasuki politik praktis  “partai politik”. Kalau toh terpaksa ke partai politik, ia memilih yang islami, atau mendekati.

Maka menjadi tidak salah ketika partai diduduki mereka yang bukan kader Muhammadiyah. Bahkan hampir untuk partai tertentu tidak ada sama sekali kader Muhammadiyah didalamnya. Hajriyanto menyebut, berarti orang Muhammadiyah membiarkan kekuasaan kepada mereka- mereka yang pola pikirnya sekuler.

Hari ini mestinya Muhammadiyah harus kembali melihat sejarah, secara realitas persinggungan Muhammadiyah dan politik sesuatu yang tidak bisa terelakkan. Kita punya Mas Mansyur, Ketua Muhammadiyah yang juga merangkap ketua partai politik “parmusi”, kita punya pula Kahar Muzzakkir perumus dasar negara, punya pula Kasman Singodimejo dan Jendral Sudirman, Ir. Juanda yang berhasil membuat luas wilayah Indonesia menjadi 4 kali lipat dengan Deklarasi Juanda, dan masih banyak lagi. Maka dalam perspektif Hajriyanto, berpolitik tanpa memasuki partai politik, merupakan cara politik yang tidak jantan, sambil melirik DR. Muhajir Efendi yang disampingnya.

Menyambung penyampaian Hajriyanto Y Thohari, Prof. DR. Muhadjir Effendi yang juga hadir pada kegiatan itu menambahkan, untuk memberikan semangat pada anak-anak muda Muhammadiyah, mestinya Muhammadiyah perlu merumuskan sejarah yang agak melenceng dan banyak subyektifitas, yang khusus untuk pendidikan di lingkup Muhammadiyah. Selanjutnya melihat pentingnya kekuasaan, Muhammadiyah harus segera memperhatikan pengkaderan politik terutama generasi muda. Mendorong berfikir kritis dan inovatif, mendorong partisipasi aktif. Muhadjir Effendi, juga mendorong adannya transformasi kader di ranah politik.

Kedua nara sumber itu juga diamini oleh ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Jawa Timur  DR. Latipun, yang menyatakan perlunya MPK menyiapkan format suksesi kepemimpinan, baik di internal maupun eksternal Muhammadiyah. Muhammadiyah juga diharapkan menelusuri kembali anak- anak tokoh Muhammadiyah yang hari ini jauh dari muhammadiyah untuk kembali ke rumah Muhammadiyah, dengan memberi contoh seperti Sukmawati dan Puti.

Diakhir acara peserta sepakat perlunya format perkaderan yang lebih menarik, sistematis dan modern, agar mampu melahirkan kader kader yang berkualitas dan menjawab tantangan zaman.

*) Tulisan catatsn dari kegiatan Rakernas MPK di Univ. Muhammadiyah Malang.

Please Share

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *