Recovery Politik Indonesia
BojonegoroMu.com
Dalam sesi kedua Kajian Ramadhan, Malang 17 Mei 2018, mendatangkan dua panelis, yaitu Hajriyanto Y Thohari dan Khofifah Indra Parawangsa. Mengawali pernyataannya, Hahriyanto Y Thohari menyebut bahwa politik Indonesia kita hari ini “hight caust political system” yaitu bentuk aplikasi politik yang cenderung tidak efektif, dan tidak efesien. Inilah yang pada perkembangannya dunia politik Indonesia melahirkan suatu selogan “Becik ketampik olo ketampa, atau wong busuk entuk wong bener klenger”.
Politik dalam bahasa arab disebut dengan as syiyasah, seni mengendalikan. Dalam arti lain politik adalah bagaimana mengendalikan kekuasaan untuk kebaikan, untuk keadilan, untuk laku mulia “nobless oblige”.
Hajriyato juga menambahkan bahwa orang-orang Muhammadiyah yang terkenal jujur, memiliki semangat kerja keras, sederhana, hendaknya segera melakukan “recovery” tentang politik. Artinya politik bukan sesuatu yang kotor tetapi juga bukan segalanya. Artinya politikus bukan seorang yang terbaik, guru juga bukan yang terbaik, jadi bukan jadi apa, tetapi apa yang dilakukan, dan seberapa tinggi ketaqwaannya.
Sementara Khofifah menyebut bahwa politik adalah “as syiyasah addirosaddin”, karenanya setelah ia memaparkan kondisi riil Jawa Timur, dimana Muhammadiyah telah berkontribusi besar dalam bidang pendidikan mulai dari PAUD hingga Perguruan Tinggi, tentu kedepan akan memberikan kontribusi lebih besar manakala penguasa memberikan kesempatan besar terhadap organisasi kemasyarakatan yang ada di Jawa Timur, termasuk kepada Muhammadiyah. (M. Yazid Mar’i)