Catatan Perjalanan Sang Penggembira yang Kurang Gembira
Muktamar Muhammadiyah adalah event yang sangat ditunggu-tunggu. Tidak harus menjadi peserta muktamar, cukup berkesempatan menjadi penggembira adalah hal yang menyenangkan atau menggembirakan, maka golongan ini dalam event muktamar disebut penggembira.
Hari ini (19/11/2022) secara resmi Muhammadiyah menggelar gawe akbar lima tahunan yang dikenal dengan nama muktamar. Muktamar ke-48 Muhammadiyah – ‘Aisyiyah tahun ini digelar di Surakarta, Jawa Tengah pada 18 – 20 November 2022.
Kegiatan muktamar yang telah tertunda dua tahun ini tentu sudah ditunggu-tunggu lama oleh segenap warga dan simpatisan Muhammadiyah. Tak terkecuali, para penggembira muktamar yang telah hadir di lokasi muktamar.
Puncak kedatangan para penggembira adalah pada hari Jum’at (18/11/2022) malam hari. Ribuan penggembira masih tertahan di terminal Kartasura hingga Sabtu siang.
Penggembira tidak mempunyai hak suara, tidak ada hak memilih atau dipilih, mereka cukup menjadi penonton saat upacara pembukaan, yang tidak bisa masuk stadion tempat pembukaan digelar cukup puas memadati halaman stadion atau memenuhi jalan-jalan protokol atau jalan gang atau bahkan di tempat-tempat wisata dan tempat kuliner di kota Solo ini.
Yang menjadi pertanyaan adalah, siapa atau apakah penggembira muktamar itu? Penggembira muktamar adalah para anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Sebagian dari penggembira itu tidak lain adalah aktivis Muhammadiyah di daerahnya dan duduk dalam struktur kepemimpinan Muhammadiyah. Namun kedatangannya ke lokasi muktamar tidak mengatasnamakan sebagai pimpinan. Ia hadir di arena muktamar sebagai warga Muhammadiyah.
Para penggembira datang dari seluruh pelosok negeri. Bahkan ada pula yang sengaja datang dari luar negeri. Mereka rata-rata rela merogoh kocek sendiri untuk bisa hadir di lokasi muktamar. Mengumpulkan dana patungan dan nyewa bus atau mobil, ada juga yang bawa mobil pribadi pergi bersama keluarga, atau bawa naik sepeda motor “touring”, bahkan ada yang naik sepeda onthel.
Salah satu penggembira dari Sulawesi yang enggan disebut namanya menyampaikan bahwa ia bersama keluarga telah sampai di sini sejak empat hari yang lalu, ia rela meninggalkan pekerjaan usaha di rumah dan ikhlas merogoh kocek puluhan juta demi bertemu dengan sauadara-saudara persyarikatan.
Berbagai kelompok komunitas juga datang di arena muktamar, dari Bojonegoro Jawa Timur sebuah komunitas kajian yang menamakan dirinya dengan KSK (Kajian Sor Keres) berkesempatan hadir.
Ketua KSK Bojonegoro Dry Subagyo menyampaikan bahwa menjaga Muhammadiyah bisa dengan berbagai macam cara sesuai dengan kemampuan masing-masing, dan salah satunya adalah mendukung kegiatan-kegiatan Muhammdiyah. Dan kehadiran pada saat Muktamar Muhammadiyah merupakan dukungan bagi keberlangsungan Muhammadiyah. Kehadiran penggembira dalam arena Muktamar menjadi sangat penting dalam rangka menunjukan kebesaran Muhammadiyah. Kehadiran penggembira semakin memberikan semangat para muktamirin untuk memberikan yang terbaik tidak hanya untuk Muhammadiyah tapi untuk bangsa dan dunia, terangnya.
Saat dikonfirmasi melalui telponnya ia juga menambahkan bahwa rombongan KSK yang diwakili oleh 12 (dua belas) anggotanya meluncur ke Kota Solo pukul 08.00 dari markas KSK di Warung Bu Tyo menggunakan Kendaraan HIACE. Rencananya setelah dari arena Muktamar di Solo, KSK juga akan berziarah ke makam Pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta, pungkasnya.
Penggembira yang tidak bisa bergembira tetapi tetap bangga.
Apa pun kondisinya mereka yang datang di arena muktamar tetap disebut dengan istilah “penggembira.” Mereka datang terkadang menjumpai kondisi yang letih dan payah ditambah galau karena tidak bisa sampai ke lokasi muktamar karena kondisi jalanan yang macet parah. Hasil pantauan di terminal Kartasura hingga siang ada yang belum bisa terangkut bus trans solo yang telah disiapkan pemkot Solo. Sementara acara pembukaan telah selesai. Pak Jadi salah satu penggembira dari Bojonegoro menyampaikan bahwa ia tetap saja bangga karena bisa ikut menyemarakkan acara muktamar meskipun tidak bisa sampai di arena muktamar.
Gembira dan menggembirakan adalah semangat yang tertanam dalam jiwa para penggembira. Gembira untuk masing-masing diri dan menggembirakan bagi saudara lain. Gembira karena mereka bisa berwisata, berjumpa dengan jutaan saudara yang meskipun terkadang tidak kenal tetapi terasa sehati karena diikat oleh persyarikatan, dan bila beruntung bisa menyaksikan gelar acara pembukaan yang digelar megah secara langsung. Dan menggembirakan karena mereka membawa oleh-oleh meskipun hanya sebuah cerita pengalaman mengikuti event nasional atau pernak-pernik barang khas muktamar untuk sanak keluarga, tetangga, dan karib kerabat yang berhalangan ikut hadir.
Selamat bertemu kembali pada lima tahun yang akan datang, tetap bergembira para penggembira semoga diberi umur panjang, bagi para muktamirin selamat bermuktamar.
Selamat dan Sukses Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48, Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta.
Oleh : Suprapto